http://thedoodsofficial.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-musik-religi-di-indonesia.html
8th February
|
Maher Zain, Salah satu musisi musik religi luar negeri yang sukses di Indonesia |
Dalam perkembangannya, musik Islam akhirnya sampai juga di
Indonesia. Musik Melayu dan Arab memberi pengaruh besar terhadap musik
Islam ala Indonesia. Mulanya, dua musik yang identik dengan gambus
tersebut berkembang pesat di Sumatra dan seluruh pesantren di Indonesia
pada 1940-an. Kala itu, ada seorang musisi gambus ternama Abdullah
al-Habsi. Dalam perkembangan musik modern Nusantara, gambus ikut
memainan peranan penting.
Musik gambus ini disebut-sebut juga sebagai cikal bakal musik
dangdut. Musik yang didominasi rebana dan tabla ini mejadi unsur musik
dangdut hingga kini. Ciri khas musik gambus, yakni liriknya berupa
puji-pujian kepada Tuhan. Belakangan, musik yang dipengaruhi musik
Melayu dan Arab ini disebut musik religi. Menurut Indriyana R Dani dan
Indri Guli dalam Kekuatan Musik Religi, musik religi adalah bunyi dalam
lirik dan lagu yang mengandung nilai dakwah. Bila diperdengarkan secara
live atau melalui media visual dan elektronik, seperti radio, televisi,
dan dalam bentuk digital, pendengar atau penikmat merasa lebih dekat
kepada Sang Pencipta, sehingga menimbulkan suatu emosi dalam diri. Hal
yang membedakannya dengan musik umum, yakni lirik atau syair. "Lirik
ataupun syair musik religi mengandung makna yang lebih mendalam dan
sarat pesan,” tulis mereka dalam buku tersebut. Sementara, Dede
Burhanudin dalam makalah hasil penelitian Litbang Kementerian Agama
mengatakan, musik Islam hingga awal kemerdekaan masih identik dengan
musik padang pasir. Instrumen yang digunakan masih sangat khas Arab,
yakni rebana dan liriknya pun berbahasa Arab.
Gaya itulah yang disebut dengan kasidah. Penikmat kasidah
sangat terbatas, hanya di kalangan pesantren, madrasah, dan penganut
Islam tradisional. Gaya musik religi itu terus berlangsung hingga
1970-an. Saat itu, muncul grup musik Bimbo yang digawangi empat
bersaudara Sam, Acil, Jaka, dan Iin. “Melalui Bimbo, terjadi sebuah
revolusi musik kasidah di Indonesia. Bimbo menjadi sebuah fenomena.
Selain sukses dalam musik pop, Bimbo juga sukses dalam musik kasidah,”
ujar Dede. Memasuki 1980-an, dimulai babak baru musik religi Indonesia
dengan hadirnya grup seni vokal nasyid. Layaknya kasidah tanpa alat
musik, demikianlah nasyid di awal kemunculnya. Syair-syair religi
berbahasa Arab dinyayikan secara akapela. Secara etimologi, nasyid
berarti senandung. Dengan tema terbatas dan hanya menggunakan bahasa
Arab, nasyid pun tak dinikmati semua kalangan. Barulah pada 1990-an,
Malaysia membawa pengaruh nasyid ke Indonesia dan membuatnya laku keras.
Terdapat beberapa grup nasyid asal Malaysia yang terkenal saat itu,
yakni Nadamurni dan The Zikr.
Malaysia juga menelurkan grup nasyid yang kemudian booming di
Indonesia, yakni Raihan. “Grup inilah (Raihan) yang dianggap memicu
perkembangan nasyid di Indonesia. Soalnya, Raihan mampu memberi warna
baru dalam khazanah nasyid dengan konsep ngepop dan easy listening.
Sebelum kemunculan Raihan, grup-grup nasyid di Indonesia hanya memiliki
dua kecenderungan, yakni menggunakan perkusi rebana dan akapela,” kata
Dede. Sejak itu, muncul grup nasyid Indonesia, seperti Snada, Izzatul
Islam, dan Qatrunnada. Dalam khazanah musik religi Indonesia, sebenarnya
terdapat banyak musisi lain yang juga sempat naik daun. Para musisi
itu, di antaranya Emha Ainun Najib, Haddad Alwi, hingga yang masih eksis
saat ini, yaitu Opick. Marawis dan hadrahPenikmat musik Islam di
Indonesia juga mengenal marawis dan hadrah. Marawis yakni permainan alat
musik pukul dengan perkusi sebagai nada utama. Seni musik marawis
merupakan hasil perpaduan budaya Arab dan Betawi
Sedangkan, hadrah merupakan pertunjukan seni dari Melayu yang
mengolaborasikan nada gendang, gong, dan biola. Para pria dan wanita
memainkan alat musik tersebut sembari memperagakan tarian atau
permainan. Para pemainnya mengenakan busana adat Melayu. Marawis dan
hadrah masih dapat dijumpai hingga kini. Tapi, kehadiran mereka hanya
menjadi pewarna musik religi. Keduanya hanya berkutat di lingkup
tradisional dan tak sepopuler nasyid ataupun kasidah modern. Musik
religi di Indonesia belum digarap secara serius. Bicara mengenai musik
religi di Indonesia, Bimbo bisa dikatakan sebagai pionir penggerak
revolusi di bidang ini. Pada era 1970-an, sebenarnya banyak muncul
penyanyi yang membawakan nada dakwah dalam lagu mereka. Meski demikian,
Bimbolah yang pertama kali berani keluar dari pakem musik religi yang
identik dengan gambus. Lagu “Tuhan” menjadi tembang religi pertama yang
ditulis dan disenandungkan kelompok musik asal Kota Kembang tersebut.
Meski era terus berganti, lagu-lagu religi Bimbo masih sering diputar
hingga kini.
Revolusi musik religi kembali terjadi di era modern dengan
dipelopori grup band GIGI. Pada bulan Ramadhan 2004, GIGI yang digawangi
Armand Maulana (vokal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bas), dan
Gusti Hendy (drum) merilis album religi perdana bertajuk ‘Raihlah
Kemenangan’. Dalam album ini, GIGI mengaransemen ulang beberapa lagu
religi Bimbo, diantaranya “Tuhan” dan “Rindu Rasul”. Kemudian, pada
Ramadhan berikutnya, GIGI tak pernah absen mengeluarkan album religi. Di
album religi kedua mereka, lagu “Perdamaian” yang dipopulerkan Nasida
Ria digubah dengan dahsyat oleh GIGI. Aransemennya begitu berbeda. Tak
ada lagi lengkingan alat musik tradisional. Semua digubah dengan
dentuman musik pop rock modern. Berkat GIGI, lagu kasidah era 70-an ini
pun kembali populer di kalangan anak muda. Musik religi ala GIGI ini
berhasil mencuri perhatian masyarakat. Kesuksesan GIGI mendorong
hadirnya tembang-tembang religi dari grup band ternama, seperti Ungu,
Armada, Seventeen, dan lain-lain. Masih musiman Menurut Indriyana R Dani
dan Indri Guli dalam Kekuatan Musik Religi, musik religi di Tanah Air
masih perlu dieksplorasi. Hal ini karena kualitas musik religi masih
belum mampu mendunia dibanding musik ciptaan musisi Barat. Musik religi
di Indonesia dinilai belum digarap serius karena hanya muncul pada saat
Ramadhan saja. Dengan kata lain, musik religi ciptaan para musisi
Indonesia masih bersifat musiman. Jika dibandingkan dengan musik religi
Barat dan Timur Tengah, kata mereka, Indonesia kalah pesat. Musik religi
di AS, Eropa, dan Timur Tengah berkembang sangat pesat. Salah satu
contohnya dapat dilihat pada musik religi beraliran rap yang berkembang
di AS.
Cikal bakal lahirnya kelompok rap Muslim itu adalah Nation
of Islam, sebuah gerakan spiritual yang dipimpin Louis Farrakhan.
“Disebut sebagai rap Muslim karena fenomena musik baru ini menyuarakan
nada yang pas, terutama untuk orang-orang Afrika-Amerika yang merupakan
sepertiga dari jumlah Muslim di AS,” kata Indriyana. Namun, untuk
meningkatkan kualitas musik religi Indonesia tidak lah mudah. Bahkan,
untuk melakukan pendataan perkembangan musik religi di Indonesia pun
sangat sulit. Menurut Indriyana, selama ini tak pernah ditemukan data
mengenai kemajuan musik Islam tersebut. Padahal, jika melihat
perkembangannya telah banyak lagu religi yang dibawakan musisi Tanah
Air. Akibatnya, potensi musik religi pun sulit dieksplorasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar