Pengikut

Selasa, 15 November 2016

Sejarah Musik Religi Di Indonesia

http://thedoodsofficial.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-musik-religi-di-indonesia.html

Maher Zain, Salah satu musisi musik religi luar negeri yang sukses di Indonesia

        Dalam perkembangannya, musik Islam akhirnya sampai juga di Indonesia. Musik Melayu dan Arab memberi pengaruh besar terhadap musik Islam ala Indonesia. Mulanya, dua musik yang identik dengan gambus tersebut berkembang pesat di Sumatra dan seluruh pesantren di Indonesia pada 1940-an. Kala itu, ada seorang musisi gambus ternama Abdullah al-Habsi. Dalam perkembangan musik modern Nusantara, gambus ikut memainan peranan penting.


          Musik gambus ini disebut-sebut juga sebagai cikal bakal musik dangdut. Musik yang didominasi rebana dan tabla ini mejadi unsur musik dangdut hingga kini. Ciri khas musik gambus, yakni liriknya berupa puji-pujian kepada Tuhan. Belakangan, musik yang dipengaruhi musik Melayu dan Arab ini disebut musik religi. Menurut Indriyana R Dani dan Indri Guli dalam Kekuatan Musik Religi, musik religi adalah bunyi dalam lirik dan lagu yang mengandung nilai dakwah. Bila diperdengarkan secara live atau melalui media visual dan elektronik, seperti radio, televisi, dan dalam bentuk digital, pendengar atau penikmat merasa lebih dekat kepada Sang Pencipta, sehingga menimbulkan suatu emosi dalam diri. Hal yang membedakannya dengan musik umum, yakni lirik atau syair. "Lirik ataupun syair musik religi mengandung makna yang lebih mendalam dan sarat pesan,” tulis mereka dalam buku tersebut. Sementara, Dede Burhanudin dalam makalah hasil penelitian Litbang Kementerian Agama mengatakan, musik Islam hingga awal kemerdekaan masih identik dengan musik padang pasir. Instrumen yang digunakan masih sangat khas Arab, yakni rebana dan liriknya pun berbahasa Arab.
       
           Gaya itulah yang disebut dengan kasidah. Penikmat kasidah sangat terbatas, hanya di kalangan pesantren, madrasah, dan penganut Islam tradisional. Gaya musik religi itu terus berlangsung hingga 1970-an. Saat itu, muncul grup musik Bimbo yang digawangi empat bersaudara Sam, Acil, Jaka, dan Iin. “Melalui Bimbo, terjadi sebuah revolusi musik kasidah di Indonesia. Bimbo menjadi sebuah fenomena. Selain sukses dalam musik pop, Bimbo juga sukses dalam musik kasidah,” ujar Dede. Memasuki 1980-an, dimulai babak baru musik religi Indonesia dengan hadirnya grup seni vokal nasyid. Layaknya kasidah tanpa alat musik, demikianlah nasyid di awal kemunculnya. Syair-syair religi berbahasa Arab dinyayikan secara akapela. Secara etimologi, nasyid berarti senandung. Dengan tema terbatas dan hanya menggunakan bahasa Arab, nasyid pun tak dinikmati semua kalangan. Barulah pada 1990-an, Malaysia membawa pengaruh nasyid ke Indonesia dan membuatnya laku keras. Terdapat beberapa grup nasyid asal Malaysia yang terkenal saat itu, yakni Nadamurni dan The Zikr.
      
           Malaysia juga menelurkan grup nasyid yang kemudian booming di Indonesia, yakni Raihan. “Grup inilah (Raihan) yang dianggap memicu perkembangan nasyid di Indonesia. Soalnya, Raihan mampu memberi warna baru dalam khazanah nasyid dengan konsep ngepop dan easy listening. Sebelum kemunculan Raihan, grup-grup nasyid di Indonesia hanya memiliki dua kecenderungan, yakni menggunakan perkusi rebana dan akapela,” kata Dede. Sejak itu, muncul grup nasyid Indonesia, seperti Snada, Izzatul Islam, dan Qatrunnada. Dalam khazanah musik religi Indonesia, sebenarnya terdapat banyak musisi lain yang juga sempat naik daun. Para musisi itu, di antaranya Emha Ainun Najib, Haddad Alwi, hingga yang masih eksis saat ini, yaitu Opick. Marawis dan hadrahPenikmat musik Islam di Indonesia juga mengenal marawis dan hadrah. Marawis yakni permainan alat musik pukul dengan perkusi sebagai nada utama. Seni musik marawis merupakan hasil perpaduan budaya Arab dan Betawi
     
           Sedangkan, hadrah merupakan pertunjukan seni dari Melayu yang mengolaborasikan nada gendang, gong, dan biola. Para pria dan wanita memainkan alat musik tersebut sembari memperagakan tarian atau permainan. Para pemainnya mengenakan busana adat Melayu. Marawis dan hadrah masih dapat dijumpai hingga kini. Tapi, kehadiran mereka hanya menjadi pewarna musik religi. Keduanya hanya berkutat di lingkup tradisional dan tak sepopuler nasyid ataupun kasidah modern. Musik religi di Indonesia belum digarap secara serius. Bicara mengenai musik religi di Indonesia, Bimbo bisa dikatakan sebagai pionir penggerak revolusi di bidang ini. Pada era 1970-an, sebenarnya banyak muncul penyanyi yang membawakan nada dakwah dalam lagu mereka. Meski demikian, Bimbolah yang pertama kali berani keluar dari pakem musik religi yang identik dengan gambus. Lagu “Tuhan” menjadi tembang religi pertama yang ditulis dan disenandungkan kelompok musik asal Kota Kembang tersebut. Meski era terus berganti, lagu-lagu religi Bimbo masih sering diputar hingga kini.

              Revolusi musik religi kembali terjadi di era modern dengan dipelopori grup band GIGI. Pada bulan Ramadhan 2004, GIGI yang digawangi Armand Maulana (vokal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bas), dan Gusti Hendy (drum) merilis album religi perdana bertajuk ‘Raihlah Kemenangan’. Dalam album ini, GIGI mengaransemen ulang beberapa lagu religi Bimbo, diantaranya “Tuhan” dan “Rindu Rasul”. Kemudian, pada Ramadhan berikutnya, GIGI tak pernah absen mengeluarkan album religi. Di album religi kedua mereka, lagu “Perdamaian” yang dipopulerkan Nasida Ria digubah dengan dahsyat oleh GIGI. Aransemennya begitu berbeda. Tak ada lagi lengkingan alat musik tradisional. Semua digubah dengan dentuman musik pop rock modern. Berkat GIGI, lagu kasidah era 70-an ini pun kembali populer di kalangan anak muda. Musik religi ala GIGI ini berhasil mencuri perhatian masyarakat. Kesuksesan GIGI mendorong hadirnya tembang-tembang religi dari grup band ternama, seperti Ungu, Armada, Seventeen, dan lain-lain. Masih musiman Menurut Indriyana R Dani dan Indri Guli dalam Kekuatan Musik Religi, musik religi di Tanah Air masih perlu dieksplorasi. Hal ini karena kualitas musik religi masih belum mampu mendunia dibanding musik ciptaan musisi Barat. Musik religi di Indonesia dinilai belum digarap serius karena hanya muncul pada saat Ramadhan saja. Dengan kata lain, musik religi ciptaan para musisi Indonesia masih bersifat musiman. Jika dibandingkan dengan musik religi Barat dan Timur Tengah, kata mereka, Indonesia kalah pesat. Musik religi di AS, Eropa, dan Timur Tengah berkembang sangat pesat. Salah satu contohnya dapat dilihat pada musik religi beraliran rap yang berkembang di AS.

              Cikal bakal lahirnya kelompok rap Muslim itu adalah Nation of Islam, sebuah gerakan spiritual yang dipimpin Louis Farrakhan. “Disebut sebagai rap Muslim karena fenomena musik baru ini menyuarakan nada yang pas, terutama untuk orang-orang Afrika-Amerika yang merupakan sepertiga dari jumlah Muslim di AS,” kata Indriyana. Namun, untuk meningkatkan kualitas musik religi Indonesia tidak lah mudah. Bahkan, untuk melakukan pendataan perkembangan musik religi di Indonesia pun sangat sulit. Menurut Indriyana, selama ini tak pernah ditemukan data mengenai kemajuan musik Islam tersebut. Padahal, jika melihat perkembangannya telah banyak lagu religi yang dibawakan musisi Tanah Air. Akibatnya, potensi musik religi pun sulit dieksplorasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar